Selasa, 06 Desember 2011

BAHAYA ISLAM LIBERAL

Islam liberal tampaknya bukan merupakan nama baku dari satu kelompok Islam, namun
hanyalah satu kategori untuk memudahkan analisis. Sehingga orang-orang yang
dikategorikan dalam Islam liberal itu sendiri ada yang saling berjauhan pendapatnya
bahkan yang satu mengkritik tajam yang lain. Misalnjya, Ali Abdul Raziq dari Mesir
yang menulis buku Al-Islam wa Ushulul Hukm dikritik tajam oleh Rasyid Ridha dan
Dhiyauddin Rayis. Namun yang dikritik maupun pengkritiknya itu kedua belah pihak
dimasukkan dalam kategori Islam Liberal, sebagaimana ditulis dalam buku Charles
Kurzman, Liberal Islam: A Sourcebook. Padahal, di kalangan Islam revivalis (salafi),
Rasyid Ridha adalah seorang salaf, yang diakui sebagai ulama yang menguasai Hadits
pula.
Demikian pula, Dr. Faraj Faudah (Faraq Fuda, Mesir 1945-1993) tokoh sekuler di Mesir
yang mati ditembak orang, April 1993, dan dinyatakan murtad oleh seorang ulama
terkemuka di Mesir Muhammad Al-Ghazali, oleh Kurzman dimasukkan pula dalam
barisan Islam Liberal yang menurutnya: secara tidak proporsional, menjadi korban
kekerasan. Sebagaimana Dr Muhammad Khalaf Allah (Mesir, lahir 1916) yang dalam
acara debat Islam dan Sekuler di Mesir 1992 dia jelas sebagai wakil kelompok sekuler,
oleh Kurzman dimasukkan pula dalam kelompok Islam Liberal yang teraniaya seperti Dr
Faraj Faudah. Hanya saja dia sebutkan, tidak hanya dipaksa untuk membakar seluruh
salinan karyanya, tetapi juga dipaksa untuk menegaskan kembali keimanannya kepada
Islam dan kembali memperbarui perjanjian perkawinannya.
Bahkan Ahmad Dahlan (1868-1923M) pendiri Muhammadiyah dan Ahmad Surkati
ulama Al-Irsyad gurunya Prof Dr HM Rasjidi dimasukkan pula dalam barisan Islam
Liberal. Sebaliknya, Nurcholish Madjid yang sejak tahun 1970-an mengemukakan
pikiran sekularisasinya dan dibantah oleh HM Rasjidi, dimasukkan pula dalam jajaran
Islam Liberal.


Kurzman yang alumni Harvad dan Berkeley itu menandai para tokoh Islam Liberal
adalah orang-orang yang mengadakan pembaruan lewat pendidikan, dengan memakai
sistem pendidikan non Islam alias Barat. Maka secara umum, tokoh-tokoh Islam Liberal
itu menurutnya, adalah orang-orang modernis atau pembaharu.
Secara pengkategorian untuk menampilkan analisis, Kurzman telah memilih nama Islam
Liberal sebagai wadah, tanpa menilai tentang benar tidaknya gagasan-gagasan dari para
tokoh yang tulisannya dikumpulkan, 39 penulis dari 19 negara, sejak tahun 1920-an.
Namun dia memberikan pengantar tentang perjalanan tokoh-tokoh Islam Liberal sejak
abad 18, dimulai oleh Syah Waliyullah (India, 1703-1762) yang dianggap sebagai cikal
bakal Islam Liberal, karena walaupun fahamnya revival (salaf) namun menurut Kurzman,
bersikap lebih humanistik terhadap tradisi Islam adat, dibanding yang Wahabi atau
kelompok kebangkitan Islam lainnya.
Digambarkan, orang Islam Liberal angkatan abad 18, 19, dan awal abad 20
mengakomodasi Barat dengan kurang begitu faham seluk beluk Barat. Tetapi kaum
Liberalis angkatan setelah itu lebih-lebih sejak 1970-an adalah orang-orang yang faham
dengan kondisi Barat karena bahkan mereka keluaran Barat, Eropa dan Amerika.
Gambaran itu perlu diselidiki pula, seberapa kemampuan mereka dalam hal ilmu-ilmu Islam pada angkatan abad 18, 19, dan awal abad 20; dan seberapa pula kaum Liberalis yang angkatan belakangan sampai kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar